Kamis, 31 Januari 2013

Kepribadian


KATA PENGANTAR

Pertama saya panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunianya yang telah diberikan kepada kita. Semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW, beserta sahabat dan keluarganya, serta pengikutnya hingga akhir zaman. Amin.
                Saya sebagai penyusun makalah, alhamdulillah telah berhasil menyelesaikan makalah “Human Relation” tentang “Kepribadian”. Dan makalah ini saya ajukan sebagai tugas untuk melaksanakan kewajiban sebagai mahasiswa.
                Semoga dengan tersusunnya makalah ini, diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami apa pengertian dari kepribadian, unsur-unsur yang terdapat dalam kepribadian, cirri-ciri dari kepribadian, faktor-faktor yang membentuk kepribadian, sifat kepribadisan utama yang mempengaruhi perilaku organisasi, tipe kepribadian seseorang dan hubungan antara kepribadian dengan perilaku.
                Saya menyadari bahwa penulisan dan penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu adanya masukan, pendapat, maupun kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan. Semoga hasil makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan dan mendapat ridho Allah SWT. Amin.

Samarinda, 04 Desember 2012
     
          
               
                               
Penyusun
  

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ……………………………………………………………...……………  ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………….   iii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………..……………………  1
A.     Latar Belakang ………………...…….…………………………………………………….  1
B.     Rumusan Masalah ……………………..…………………………………………………..  1
C.     Tujuan ………………………………………………..…………………….………………  3
BAB II PEMBAHASAN ………………………………......…………………………………….  3
A.     Pengertian Kepribadian ...………….....................................................................................      3
B.     Unsur-unsur dalam Kepribadian ………………..................................................................       4
C.     Ciri-ciri Kepribadian ….………….......................................................................................       5
D.     Faktor-faktor yang Membentuk Kepribadian ……...............................................................      6
E.      Sifat Kepribadian Utama yang Mempengaruhi Perilaku Organisasi ………........................        8
F.      Tipe Kepribadian Seseorang …………………………………………………...…………..          10
G.     Hubungan antara Kepribadian dengan Perilaku ……………………………………………         13
BAB III PENUTUP ………………………………………………………………....……………  14
      Kesimpulan ………………......………………………………………….......………………. 14
DAFTAR PUSTAKA ……………………………….......................




BAB I
PENDAHULUAN


A.     Latar belakang
Etika merupakan cerminan dari kepribadian seseorang. Melalui cara beretika inilah seseorang dapat menilai dan mengetahui sifat dan ciri kepribadian dari orang lain.Dalam pembentukan etika ini banyak sekali faktor yang mempengaruhi, baik itu faktor internal maupun eksternal. Sifat bawaan dari lahir atau watak merupakan faktor internal yang paling berpengaruh pada etika seseorang. Secara ilmiah hal ini disebabkan oleh faktor keturunan atau genetika seseorang. Sedangkan dari faktor eksternal, etika seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana tempat seseorang itu berada. Apabila seseorang berada pada lingkungan yang baik dan beretika tinggi maka dapat dipastikan akan beretika tinggi layaknya orang-orang yang berada, dan sebaliknya apabila seseorang berada pada lingkungan yang beretika rendah maka dapat dipastikan pula akan beretika layaknya orang-orang disekitarnya berada. Hal ini sangat sesuai dengan kata-kata bijak yang mengatakan ”at the first you make habbit at the last habbit make you”, yang berarti bahwa pada awalnya kamu membuat suatu kebiasaan, pada akhirnya kebiasaan itulah yang membentuk dirimu” (zero to hero; 26).
Pada dasarnya kepribadian dari diri seseorang merupakan suatu cerminan dari kesuksesan. Seseorang yang mempunyai kepribadian yang unggul adalah seseorang yang siap untuk hidup dalam kesuksesan. Sebab dalam kepribadian orang tersebut terdapat nilai-nilai positif yang selalu memberikan energi positif terhadap paradigma dalam menghadapi tantangan dan cobaan kehidupan. Sebaliknya, seseorang dengan kepribadian yang rendah adalah seseorang yang selalu dilingkupi dengan kegagalan. Sebab pada diri seseorang tersebut mengalir energi-energi negatif yang terhadap paradigma dalam menghadapi tantangan dan cobaan kehidupan.
Dapat dipastikan bahwa nilai-nilai kepribadian seseorang mengalami pasang surut seiring dengan besarnya tantangan dan cobaan yang dihadapi. Ada seseorang yang semakin ditempa oleh tantangn dan cobaan menjadi semakin kuat dan memiliki kepribadian yang dahsyat, namun ada pula seseorang yang semakin besar tantangan dan cobaannya menjadi semakin terpuruk dan putus asa.

B.     Rumusan masalah
1.      Apa pengertian kepribadian?
2.      Apa saja unsur-unsur yang terdapat dalam kepribadian?
3.      Apakah ciri-ciri dari kepribadian?
4.      Apa sajakah faktor-faktor yang membentuk kepribadian?

5.      Apa sajakah  sifat kepribadian utama yang mempengaruhi perilaku organisasi?

6.      Apa sajakah tipe-tipe/ jenis kepribadian seseorang?
7.      Apa hubungan antara kepribadian dengan perilaku?

C.      Tujuan
1.      Mengetahui pengertian kepribadian?
2.      Mengetahui unsur-unsur yang terdapat dalam kepribadian?
3.      Mengetahui ciri-ciri dari kepribadian?
4.      Mengetahui faktor-faktor yang membentuk kepribadian?

5.      Mengetahui  sifat kepribadian utama yang mempengaruhi perilaku organisasi?

6.      Mengetahui tipe-tipe/ jenis kepribadian seseorang?
7.      Mengetahui hubungan antara kepribadian dengan perilaku?


BAB II
PEMBAHASAN


A.     Pengertian Kepribadian
Kepribadian sering diartikan dengan ciri-ciri yang menonjol pada diri individu, seperti kepada orang yang pemalu dikenakan atribut “berkepribadian pemalu”. Kepada orang supel diberikan atribut “berkepribadian supel” dan kepada orang yang plin-plan, pengecut, dan semacamnya diberikan atribut “tidak punya kepribadian”.
Berdasarkan psikologi, Gordon Allport menyatakan bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) yang merupakan suatu struktur dan sekaligus proses. Jadi, kepribadian merupakan sesuatu yang dapat berubah. Secara eksplisit Allport menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan.
Untuk memahami lebih jauh mengenai pengertian kepribadian, berikut ini definisi yang dipaparkan oleh beberapa ahli :
1.      M.A.W. Brower
Kepribadian adalah corak tingkah laku sosial yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini, dan sikap-sikap seseorang.
2.      Koentjaraningrat
Kepribadian adalah suatu susunan dari unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan tingkah laku atau tindakan seseorang.
3.      Theodore R. Newcomb
Kepribadian adalah organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilaku.
4.      Yinger
Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi.
5.      Roucek dan Warren
Kepribadian adalah organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku seseorang. Dari pengertian yang diungkapkan oleh para ahli di atas, dapat kita simpulkan secara sederhana bahwa yang dimaksud kepribadian ( personality ) merupakan ciri-ciri dan sifat-sifat khas yang mewakili sikap atau tabiat seseorang, yang mencakup polapola pemikiran dan perasaan, konsep diri, perangai, dan mentalitas yang umumnya sejalan dengan kebiasaan umum.

Konsep kepribadian merupakan konsep yang sangat luas, sehingga sulit untuk merumuskan satu definisi yang dapat mencakup keseluruhannya. Oleh karena itu, pengertian dari satu ahli dengan yang lainnya pun juga berbeda-beda. Namun demikian, definisi yang berbeda-beda tersebut saling melengkapi dan memperkaya pemahaman kita tentang konsep kepribadian. Apakah kepribadian itu? Secara umum yang dimaksud kepribadian adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang yang membedakan dengan orang lain.

B.     Unsur-unsur dalam Kepribadian
Kepribadian  seseorang  bersifat unik dan tidak ada duanya. Unsur-unsur yang memengaruhi  kepribadian  seseorang  itu adalah  pengetahuan, perasaan, dan dorongan naluri.
1.      Pengetahuan
Pengetahuan seseorang bersumber dari pola pikir yang rasional, yang berisi fantasi, pemahaman, dan pengalaman mengenai bermacam-macam hal yang diperolehnya dari lingkungan yang ada di sekitarnya. Semua itu direkam dalam otak dan sedikit demi sedikit diungkapkan dalam bentuk perilakunya di masyarakat.
2.      Perasaan
Perasaan  merupakan suatu keadaan dalam kesadaran  manusia yang menghasilkan penilaian positif atau negatif terhadap sesuatu atau peristiwa tertentu. Perasaan selalu bersifat subjektif, sehingga penilaian seseorang terhadap suatu hal atau kejadian akan berbeda dengan  penilaian orang lain. Contohnya penilaian terhadap jam pelajaran yang kosong.  Mungkin kamu menganggap sebagai hal yang  tidak  menyenangkan karena merasa  rugi  tidak memperoleh pelajaran. Lain halnya dengan penilaian temanmu yang menganggap sebagai hal yang menyenangkan. Perasaan  mengisi  penuh  kesadaran manusia dalam hidupnya.
3.      Dorongan Naluri
Dorongan naluri merupakan kemauan yang sudah menjadi naluri setiap manusia. Hal itu dimaksudkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia, baik yang bersifat rohaniah maupun jasmaniah. Sedikitnya ada tujuh macam dorongan naluri, yaitu untuk mempertahankan hidup, seksual, mencari makan, bergaul dan berinteraksi dengan sesama manusia, meniru tingkah laku sesamanya, berbakti, serta keindahan bentuk, warna, suara, dan gerak.

C.      Ciri-ciri Kepribadian
Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang menunjukkan kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat. Dalam hal ini, Elizabeth (Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang sehat dan tidak sehat, sebagai berikut :
1.      Kepribadian  yang  sehat
a)      Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
b)      Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
c)      Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap optimistik.
d)      Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
e)      Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
f)       Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif , tidak destruktif (merusak)
g)      Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
h)      Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
i)        Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
j)        Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
k)      Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang).
2.      Kepribadian yang tidak sehat
a)      Mudah marah (tersinggung)
b)      Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
c)      Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
d)      Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang
e)      Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum
f)       Kebiasaan berbohong
g)      Hiperaktif
h)      Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
i)        Senang mengkritik/mencemooh orang lain
j)        Sulit tidur
k)      Kurang memiliki rasa tanggung jawab
l)        Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat organis)
m)    Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama
n)      Pesimis dalam menghadapi kehidupan
o)      Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan

D.     Faktor-faktor yang Membentuk Kepribadian
Secara umum, perkembangan kepribadian dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu :
a.      Warisan Biologis (Heredity)
Warisan biologis memengaruhi kehidupan manusia dan setiap manusia mempunyai warisan biologis yang unik, berbeda dari orang lain. Artinya tidak ada seorang pun di dunia ini yang mempunyai karakteristik fisik yang sama persis dengan orang lain, bahkan anak kembar sekalipun. Faktor keturunan berpengaruh terhadap keramah-tamahan, perilaku kompulsif (terpaksa dilakukan), dan kemudahan dalam membentuk kepemimpinan, pengendalian diri, dorongan hati, sikap, dan minat. Warisan biologis yang terpenting terletak pada perbedaan intelegensi dan kematangan biologis. Keadaan ini membawa pengaruh pada kepribadian seseorang. Tetapi banyak ilmuwan berpendapat bahwa perkembangan potensi warisan biologis dipengaruhi oleh pengalaman sosial seseorang. Bakat memerlukan anjuran, pengajaran, dan latihan untuk mengembangkan diri melalui kehidupan bersama dengan manusia lainnya.
b.      Warisan Lingkungan Alam (Natural Environment)
Perbedaan iklim, topografi, dan sumber daya alam menyebabkan manusia harus menyesuaikan diri terhadap alam. Melalui penyesuaian diri itu, dengan sendirinya pola perilaku masyarakat dan kebudayaannyapun dipengaruhi oleh alam. Misalnya orang yang hidup di pinggir pantai dengan mata pencaharian sebagai nelayan mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang yang tinggal di daerah pertanian. Mereka memiliki nada bicara yang lebih keras daripada orang-orang yang tinggal di daerah pertanian, karena harus menyamai dengan debur suara ombak. Hal itu terbawa dalam kehidupan sehari-hari dan telah menjadi kepribadiannya.
c.       Warisan Sosial (Social Heritage) atau Kebudayaan
Kita tahu bahwa antara manusia, alam, dan kebudayaan mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling memengaruhi. Manusia berusaha untuk mengubah alam agar sesuai dengan kebudayaannya guna memenuhi kebutuhan hidup. Misalnya manusia membuka hutan untuk dijadikan lahan pertanian. Sementara itu kebudayaan memberikan andil yang besar dalam memberikan warna kepribadian anggota masyarakatnya.
d.      Pengalaman Kelompok Manusia (Group Experiences)
Kehidupan manusia dipengaruhi oleh kelompoknya. Kelompok manusia, sadar atau tidak telah memengaruhi anggota-anggotanya, dan para anggotanya menyesuaikan diri terhadap kelompoknya. Setiap kelompok mewariskan pengalaman khas yang tidak diberikan oleh kelompok lain kepada anggotanya, sehingga timbullah kepribadian khas anggota masyarakat tersebut.
e.       Pengalaman Unik ( Unique Experience )
Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang lain, walaupun orang itu berasal dari keluarga yang sama, dibesarkan dalam kebudayaan yang sama, serta mempunyai lingkungan fisik yang sama pula. Mengapa demikian? Walaupun mereka pernah mendapatkan pengalaman yang serupa dalam beberapa hal, namun berbeda dalam beberapa hal lainnya. Mengingat pengalaman setiap orang adalah unik dan tidak ada pengalaman siapapun yang secara sempurna menyamainya.

Menurut Paul B. Horton, pengalaman tidaklah sekedar bertambah, akan tetapi menyatu. Pengalaman yang telah dilewati memberikan warna tersendiri dalam kepribadian dan menyatu dalam kepribadian itu, setelah itu baru hadir pengalaman berikutnya.
 
Selain kelima faktor pembentuk kepribadian yang telah kita bahas di atas, F.G. Robbins dalam Sumadi Suryabrata (2003), mengemukakan ada lima faktor, yaitu :
a.      Sifat Dasar
Sifat dasar merupakan keseluruhan potensi yang dimiliki seseorang yang diwarisi dari ayah dan ibunya. Dalam hal ini, Robbins lebih menekankan pada sifat biologis yang merupakan salah satu hal yang diwariskan dari orang tua kepada anaknya.
b.      Lingkungan Prenatal
Lingkungan prenatal merupakan lingkungan dalam kandungan ibu. Pada periode ini individu mendapatkan pengaruh tidak langsung dari ibu. Maka dari itu, kondisi ibu sangat menentukan kondisi bayi yang ada dalam kandungannya tersebut, baik secara fisik maupun secara psikis. Banyak peristiwa yang sudah ada membuktikan bahwa seorang ibu yang pada waktu mengandung mengalami tekanan psikis yang begitu hebatnya, biasanya pada saat proses kelahiran bayi ada gangguan atau dapat dikatakan tidak lancar.
c.       Perbedaan Individual
Perbedaan individu merupakan salah satu faktor yang memengaruhi proses sosialisasi sejak lahir. Anak tumbuh dan berkembang sebagai individu yang unik, berbeda dengan individu lainnya, dan bersikap selektif terhadap pengaruh dari lingkungan.
d.      Lingkungan
Lingkungan meliputi segala kondisi yang ada di sekeliling individu yang memengaruhi proses sosialisasinya. Proses sosialisasi individu tersebut akan berpengaruh pada kepribadiannya.
e.       Motivasi
Motivasi adalah dorongan-dorongan, baik yang datang dari dalam maupun luar individu sehingga menggerakkan individu untuk berbuat atau melakukan sesuatu. Dorongan-dorongan inilah yang akan membentuk kepribadian individu sebagai warna dalam kehidupan bermasyarakat.

E.      Sifat Kepribadian Utama yang Mempengaruhi Perilaku Organisasi
1.      Evaluasi inti diri
Evaluasi inti diri adalah tingkat di mana individu menyukai atau tidak menyukai diri mereka sendiri, apakah mereka menganggap diri mereka cakap dan efektif, dan apakah mereka merasa memegang kendali atau tidak berdaya atas lingkungan mereka.  Evaluasi inti diri seorang individu ditentukan oleh dua elemen utama: harga diri dan lokus kendali. Harga diri didefinisikan sebagai tingkat menyukai diri sendiri dan tingkat sampai mana individu menganggap diri mereka berharga atau tidak berharga sebagai seorang manusia.
 2.      Machiavellianisme
Machiavellianisme adalah tingkat di mana seorang individu pragmatis, mempertahankan jarak emosional, dan yakin bahwa hasil lebih penting daripada proses. Karakteristik kepribadian Machiavellianisme berasal dari nama Niccolo Machiavelli, penulis pada abad keenam belas yang menulis tentang cara mendapatkan dan menggunakan kekuasaan.
3.      Narsisisme
Narsisisme adalah kecenderungan menjadi arogan, mempunyai rasa kepentingan diri yang berlebihan, membutuhkan pengakuan berlebih, dan mengutamakan diri sendiri. Sebuah penelitian mengungkap bahwa ketika individu narsisis berpikir mereka adalah pemimpin yang lebih baik bila dibandingkan dengan rekan-rekan mereka, atasan mereka sebenarnya menilai mereka sebagai pemimpin yang lebih buruk. Individu narsisis seringkali ingin mendapatkan pengakuan dari individu lain dan penguatan atas keunggulan mereka sehingga individu narsisis cenderung memandang rendah dnegan berbicara kasar kepada individu yang mengancam mereka. Individu narsisis juga cenderung egois dan eksploitif, dan acap kali memanfaatkan sikap yang dimiliki individu lain untuk keuntungannya.
4.      Pemantauan diri
Pemantauan diri adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan perilakunya dengan faktor situasional eksternal. Individu dengan tingkat pemantauan diri yang tinggi menunjukkan kemampuan yang sangat baik dalam menyesuaikan perilaku dengan faktor-faktor situasional eksternal. Bukti menunjukkan bahwa individu dengan tingkat pemantauan diri yang tinggi cenderung lebih memerhatikan perilaku individu lain dan pandai menyesuaikan diri bila dibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat pemantauan diri yang rendah.
5.      Kepribadian tipe A
Kepribadian tipe A adalah keterlibatan secara agresif dalam perjuangan terus-menerus untuk mencapai lebih banyak dalam waktu yang lebih sedikit dan melawan upaya-upaya yang menentang dari orang atau hal lain. Dalam kultur Amerika Utara, karakteristik ini cenderung dihargai dan dikaitkan secara positif dengan ambisi dan perolehan barang-barang material yang berhasil. Karakteristik tipe A adalah:
·         selalu bergerak, berjalan, dan makan cepat
·         merasa tidak sabaran
·         berusaha keras untuk melakukan atau memikirkan dua hal pada saat yang bersamaan
·         tidak dapat menikmati waktu luang
·         terobsesi dengan angka-angka, mengukur keberhasilan dalam bentuk jumlah hal yang bisa mereka peroleh
6.      Kepribadian proaktif
Kepribadian proaktif adalah sikap yang cenderung oportunis, berinisiatif, berani bertindak, dan tekun hingga berhasil mencapai perubahan yang berarti. Pribadi proaktif menciptakan perubahan positif daalam lingkungan tanpa memedulikan batasan atau halangan.

F.      Tipe Kepribadian Seseorang
Dalam diri seseorang ibarat dua sisi mata uang, ada kepribadian yang positif dan negatif. Hal tersebut merupakan fitrah yang dimiliki oleh manusia dari Tuhan Yang Maha Esa. Namun seperti halnya mata uang, kepribadian positif maupun negatif seseorang tidak muncul bersamaan. Pada suatu kondisi tertentu seseorang akan lebih dominan untuk bersikap positif, dan dilain kesempatan seseorang akan lebih dominan untuk bersikap negatif.
Secara alamiah dalam diri seseorang tersimpan suatu potensi yang dapat menambah dan berguna bagi kehidupan. Namun sayangnya tidak semua orang menyadari akan potensi yang terdapat pada diri mereka sendiri. Sehingga banyak dari teman-teman kita maupun orang disekitar mereka yang merasa tidak berguna. Hal inilah yang selanjutnya mempengaruhi kepribadian mereka menjadi orang yang mudah putus asa dan memiliki banyak keterbatasan. Padahal jika kita berbicara tentang keterbatasan, pastilah setiap orang juga memilikinya.
Satu hal yang perlu diubah dalam paradigma kita terhadap keterbatasan adalah ”masalah ini mungkin bisa diselesaikan tapi sulit, menjadi masalah ini sulit diselesaikan tapi bisa”. Dengan demikian optimisme merupakan kunci utama dalam menghadapi keterbatasan yang kita miliki. Sehingga kita dapat menjadi orang yang tidak sekedar biasa namun luar biasa.

Menurut Renee Baron dan Elizabeth Wagele, kepribadian seseorang dibagi dalam 9 tipe yaitu :
1.      Perfeksionis
Orang dengan tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk hidup dengan benar, memperbaiki diri sendiri dan orang lain dan menghindari marah.
2.      Penolong
Tipe kedua dimotivasi oleh kebutuhan untuk dicintai dan dihargai, mengekspresikan perasaan positif pada orang lain, dan menghindari kesan membutuhkan.
3.      Pengejar Prestasi
Para pengejar prestasi termotivasi oleh kebutuhan untuk menjadi orang yang produktif, meraih kesuksesan, dan terhindar dari kegagalan.
4.      Romantis
Orang tipe romantis termotivasi oleh kebutuhan untuk memahami perasaan diri sendiri serta dipahami orang lain, menemukan makna hidup, dan menghindari citra
5.      Pengamat
Orang tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk mengetahui segala sesuatu dan alam semesta, merasa cukup dengan diri sendiri dan menjaga jarak, serta menghindari kesan bodoh atau tidak memiliki jawaban.
6.      Pencemas
Orang tipe 6 termotivasi oleh kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan, merasa diperhatikan, dan terhindar dari kesan pemberontak.
7.      Petualang
Tipe 7  termotivasi oleh kebutuhan untuk merasa bahagia serta merencanakan hal-hal menyenangkan, memberi sumbangsih pada dunia, dan terhindar dari derita dan
8.      Pejuang
Tipe pejuang termotivasi oleh kebutuhan untuk dapat mengandalkan diri sendiri, kuat, memberi pengaruh pada dunia, dan terhindar dari kesan lemah.
9.      Pendamai
Para pendamai dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjaga kedamaian, menyatu dengan orang lain dan menghindari konflik.

Setiap tipe pada enneagram berhubungan langsung dengan 2 tipe lainnya yang disebut sebagai panah. Tipe 1 berhubungan dengan tipe 7 dan 4, tipe 2 dengan tipe 8 dan 4, dst (lihat gambar). Dinamika hubungan antar tipe ini terjadi sebagai berikut : jika dalam keadaan rileks tipe 1 akan mengambil karakter positif dari tipe 7, dan jika dalam keadaan tertekan akan mengambil karakter negatif dari panah sebaliknya, yaitu tipe 4. Sebagai contoh, tipe 1 yang mengambil sisi positif tipe 7 tidak akan terlalu mengkritik diri serta lebih menerima diri, lebih antusias dan optimis, bertindak lebih alami dan spontan. Sedangkan jika sedang tertekan akan mengarahkan kemarahan ke dalam diri sendiri lalu menjadi depresi, hilang kepercayaan diri, dan menginginkan apa yang tidak mereka miliki. Contoh lain, tipe 2 yang sedang rileks, akan mengambil karakter positif dari tipe 4, dan jika sedang tertekan akan mengambil karakter tipe 8. Dan begitu seterusnya dinamika hubungan pada tipe-tipe lainnya.

Dilain pihak Paul Gunadi membagi tipe kepribadian seseorang menjadi empat jenis, yaitu:
1.      Tipe Sanguin
Tipe ini mempunyai banyak kekuatan, bersemangat, mempunyai gairah hidup, bisa membuat lingkungannya gembira, senang. Tapi kelemahannya adalah cenderung impulsive, bertindak sesuai emosinya atau keinginannya. Jadi orang dengan kepribadian sanguin mudah sekali dipengaruhi oleh lingkungannya dan rangsangan-rangsangan dari luar dirinya. Dia kurang bisa menguasai diri atau penguasaan dirinya lemah. Dalam bukunya Tim LaHaye, orang-orang sanguin cenderung mudah jatuh ke dalam pencobaan, karena godaan dari luar bisa begitu memikatnya, dan dia bisa masuk terperosok ke dalamnya.
2.      Tipe Flegmatik
Tipe flegmatik adalah orang yang cenderung tenang dan dari luar cenderung tidak beremosi. Dia tidak menampakkan emosi, misalnya, sedih atau senang. Jadi naik turun emosinya tidak nampak dengan jelas. Orang ini cenderung bisa menguasai dirinya dengan cukup baik dan introspektif sekali, memikirkan ke dalam, bisa melihat, menatap dan memikirkan masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya. Jadi dia adalah seorang pengamat yang kuat, penonton yang tajam dan juga seorang pengkritik yang berbobot. Kelemahannya adalah cenderung mau ambil mudahnya, tidak mau susah. Kelemahannya ini membuat dia jadi orang yang kurang mau berkorban bagi yang lain. Maka salah satu buah Roh Kudus yang perlu ditingkatkan dalam dirinya adalah kemurahan atau murah hati. Karena dia cenderung menjadi orang yang egois.
3.      Tipe Melankolik
Orang yang melankolik adalah orang yang terobsesi dengan karya yang paling bagus, yang paling sempurna, mengerti estetika keindahan hidup ini dan perasaannya sangat kuat, sangat sensitif. Kelemahan orang melankolik adalah mudah sekali dikuasai oleh perasaan dan cukup sering perasaan yang mendasari hidupnya sehari-hari adalah perasaan yang murung. Tidak mudah bagi orang melankolik itu untuk terangkat, untuk senang, atau tertawa terbahak-bahak.
4.      Tipe Kolerik
Seorang kolerik berorientasi pada pekerjaan, dan pada tugas. Dia adalah seseorang yang mempunyai disiplin kerja yang sangat tinggi. Kelebihannya adalah dia bisa melaksanakan tugas dengan setia dan bertanggung jawab dengan tugas yang diembannya. Kelemahan orang kolerik adalah kemampuannya untuk bisa merasakan perasaan orang lain agak kurang, belas kasihannya terhadap penderitaan orang lain juga agak minim, karena perasaannya kurang bermain.

Setelah mengetahui tipe dari kepribadian kita masing-masing, menurut Solikhin Abu Izzudin, untuk menjadi seseorang yang luar biasa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
1.      Memanfaatkan waktu dengan baik.
Tidak sedikit orang yang gagal dalam kehidupannya karena tidak bisa memanfaatkan waktu dengan baik. Orang yang bijak akan menggunakan setiap waktu yang ada dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat. Mereka tidak akan mensia-siakan waktu hanya untuk menunggu dan berangan-angan.
 2.      Mempunyai Cita-Cita
Orang yang mempunyai cita-cita adalah orang yang mempunyai arah atau tujuan hidup yang jelas. Sehingga kehidupanya tidak hampa dan dipenuhi dengan tanda tanya.
3.      Niat
Hal yang paling utama dilakukan sebelum kita bertindak adalah niat. Niat merupakan suatu motif dasar kita dalam bersikap dalam kehidupan. Jika niat kita positif maka hasilnya juga akan positif, namun sebaliknya jika niat kita negatif maka hasilnya pun tidak akan memuaskan.
4.      Aktualisasi
Langkah terakhir yang perlu dilakukan adalah dengan mengaktualisasikan diri kita sesuai dengan cita-cita dan niat kita.

G.     Hubungan antara Kepribadian dengan Perilaku
Perilaku sifatnya individual yang erat kaitannya dengan kepribadian yang terbentuk sepanjang hidup melalui proses sosialisasi. Sosialisasi adalah proses belajar yang dilakukan oleh seseorang semenjak masa kanak-kanak hingga masa tuanya, mengenai pola-pola tindakan dalam berinteraksi dengan segala ragam individu yang ada di sekelilingnya.
Dalam sosialisasi ini terjadi proses pembinaan kepribadian (Personality Building) yang dapat membantu seseorang untuk menyesuaikan diri, oleh karena itu kepribadian sangat dipengaruhi oleh faktor genetika (Genotype), pengalaman pendidikan, perasaan, naluri, dan lingkungan.
Sosialisasi dan kepribadian ini membentuk suatu sistem prilaku (Behaviour system) yang akan menentukan sikap (Attitude) seseorang. Kepribadian merupakan keseluruhan perilaku seseorang dan kecenderungannya dalam berinteraksi dengan serangkaian situasi.



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan :
Jadi dapat disimpulkan bahwa Kepribadian merupakan sesuatu yang telah diperoleh sejak lahir yang tumbuh sesuai dengan lingkungan sekitar sebagai faktor utama pembentuk kepribadian dimana seseorang itu berada. Lingkungan memiliki peranan yang amat penting dalam membentuk perilaku seseorang. Lingkungan yang baik akan menciptakan perilaku yang baik, begitu pula sebaliknya lingkungan yang buruk justru akan menciptkan kepribadian yang buruk pula.
Dalam diri setiap orang pastilah ada nilai-nilai positif dan negatif, nilai-nilai tersebut muncul sesuai dengan kondisi tertentu. Selain itu dalam diri manusia pastilah terdapat suatu potensi yang terpendam. Potensi tersebut merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Potensi dalam diri manusia berbeda-beda, hal ini tergantung pada tipe-tipe kepribadian seseorang. Untuk mengoptimalkan potensi diri ada beberapa hal yang perlu diperhatika yaitu memanfaatkan waktu dengan baik, mempunyai cita-cita, niat, dan aktualisasi.


DAFTAR PUSTAKA


http://id.wikipedia.org/wiki/Kepribadian (diakses pada tanggal 04 Desember 2012)
http://nesaci.com/perilaku-perubahan-dan-konflik-sosial/ (diakses pada tanggal 04 Desember 2012)

0 komentar:

Posting Komentar