Kamis, 31 Januari 2013

Peranan Komunikasi Massa dalam Pembangunan kebudayaan Perwayangan



KATA PENGANTAR

Pertama kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunianya yang telah diberikan kepada kita. Semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW, beserta sahabat dan keluarganya, serta pengikutnya hingga akhir zaman. Amin.
                Kami penyusun makalah, alhamdulillah telah berhasil menyelesaikan makalah “Pengantar Komunikasi Massa” tentang “Peranan Komunikasi Massa dalam Pembangunan Kebudayaan”. Dan makalah ini kami ajukan sebagai tugas untuk melaksanakan kewajiban sebagai mahasiswa.
                Semoga dengan tersusunnya makalah ini, diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memahami bagaimana peranan komunikasi massa tersebut dalam pembangunan kebudayaan terutama dalam hal perwayangan, dan apa teori yang mendasari peranan tersebut.
                Kami menyadari bahwa penulisan dan penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu adanya masukan, pendapat, maupun kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan. Semoga hasil makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan dan mendapat ridho Allah SWT. Amin.

Samarinda, 20 Oktober 2012  
          
               
                                Penyusun



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………………………………………  ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………………………………….  iii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………………………………   1
A.      Latarbelakang ………………………………………………………………………………………………………….    1
B.      RumusanMasalah ……………………………………………………………………………………………………..   1
C.       Tujuan ……………………………………………………………………………………………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………………………………………………… 2
A.      Pengertian Komunikasi Massa ....................................................................................................................  2
B.      Sejarah perkembangan kebudayaan di Indonesia .............................................................................   3
C.       Peranan Komunikasi Massa dalam Pembangunan Kebudayaan .................................................    4
D.      Contoh Kebudayaan Perwayangan ………………….................................................................................  5
E.      Teori Komunikasi yang Berkaitan ……………………………………………………………………………..   6
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………………………………………………… 7
        Kesimpulan ………………………………………………………………………………………………………………….  7
Saran ………………………………………………………………………………………………………………..…………   7
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………………………………...……..  8





BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar belakang
            Pada kenyataannya komunikasi tidak semudah yang diduga. Kegagalan memahami pesan verbal ataupun nonverbal bahkan dapat mengakibatkan sebuah bencana. Memang banyak orang menganggap komunikasi itu mudah. Karena ada kesan enteng itu tidak mengherankan bila sebagian orang enggan menpelajari bidang ini.
Sesungguhnya komunikasi sangatlah penting dalam kehidupan dan harus dipelajari secara lebih mendalam. Demikian pula dalam masalah pembangunan khususnya pembangunan kebudayaan. Komunikasi yang baik dan benar akan membuat suatu pembangunan menjadi lancar. Demikian pula dapat diketahui bagaimana mata rantai antar komunikasi yang diterima melalui berbagai media dengan struktur yang ada di masyarakat. Faktor inilah yang akhirnya akan menentukan bagaimana pelaksanaan atau kenyataan dari komunikasi di daerah yang bersangkutan.
Komunikasi dan kebudayaan merupakan suatu hal yang berbeda, akan tetapi sangatlah penting bila kebudayaan dipertahankan ataupun dikembangkan melalui jalan komunikasi. Salah satu caranya dengan memanfaatkan komunikasi massa sebagai media untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan, salah satunya kebudayaan perwayangan. Kebudayaan perwayangan saat ini sudah mulai dilupakan oleh bangsa Indonesia.

B.     Rumusan masalah
1.      Apa pengertian komunikasi massa, kebudayaan dan wayang?
2.      Bagaimana sejarah perwayangan di Indonesia?
3.      Seberapa penting peranan komunikasi massa terhadap pembangunan kebudayaan?
4.      Bagaimana contoh kebudayaan perwayangan?
5.      Apa teori komunikasi massa yang berkaitan?

C.     Tujuan
1.      Mengetahui pengertian komunikasi massa, kebudayaan dan wayang
2.      Mengetahui sejarah perkembangan perwayangan di Indonesia
3.      Mengetahui seberapa penting peranan komunikasi massa terhadap pembangunan kebudayaan
4.      Mengetahui contoh kebudayaan perwayangan
5.      Mengetahui apa teori komunikasi massa yang berkaitan
  
 


BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Komunikasi Massa, Kebudayaan dan Wayang
1.      Komunikasi Massa
Komunikasi massa diadopsi dari istilah bahasa inggris, mass communication yang berati menggunakan media massa. Istilah mass communication atau communication diartikan sebagai salurannya, yaitu media masssa sebagai kependekan dari media of communicfation. Massa mengandung pengertian orang banyak, mereka tidak harus ber\ada di lokasi tertentu yang sama, mereka dapat tersebar atau terpencar di berbagai lokasi dan dalam waktu yang sama atau hampir bersamaan dapat memperoleh pesan-pesan komunikasi yang sama. Komunikator dalam proses komunikasi massa selain merupakan sumber pesan, mereka juga berperan sebagai gate keeper yaitu  berperan untuk menambah, mengurangi, menyederhanakan ,mengemas agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami oleh publik.
Jadi, Komunikasi massa adalah proses dimana organisasi media membuat dan menyebarkan pesan kepada khalayak banyak/ publik. Organisasi-organisasi media ini akan menyebarluaskan pesan-pesan yang akan mempengaruhi dan mencerminkan kebudayaan suatu masyarakat, lalu informasi ini akan mereka hadirkan serentak pada khalayak luas yang beragam. Hal ini membuat media menjadi bagian dari salah satu institusi yang kuat di masyarakat.

Dimana ciri-ciri komunikasi massa yaitu:
1.      Menggunakan media massa dengan organisasi (lembaga media) yang jelas
2.      Komunikator memiliki keahlian tertentu
3.      Pesan searah dan umum, serta melalui proses produksi dan terencana
4.      Khalayak yang dituju heterogen dan anonym
5.      Kegiatan media massa nteratur dan berkesinambungan
6.      Ada pengaruh yang dikehendaki
7.      Dalam konteks sosial terjadi saling mempengaruhi antara media dan kondisi masyarakat serta sebaliknya
8.      Hubungan antara komunikator dan komunikan tidak bersifar pribadi

2.      Kebudayaan
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

3.      Wayang
Wayang merupakan boneka tiruan orang yg terbuat dr pahatan kulit atau kayu dsb yg dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh dalam pertunjukan drama tradisional (bali, jawa, sunda, dsb), biasanya dimainkan oleh seseorang yg disebut dalang.

  
B.     Sejarah Perwayangan di Indonesia
Wayang berasal dari kata wayangan yaitu sumber ilham dalam menggambar wujud tokoh dan cerita sehingga bisa tergambar jelas dalam batin si penggambar karena sumber aslinya telah hilang  di awalnya. Wayang adalah bagian dari kegiatan religi animisme menyembah ‘hyang’, itulah inti-nya dilakukan antara lain di saat-saat panenan atau taneman dalam bentuk upacara ruwatan, tingkeban, ataupun ‘merti desa’ agar panen berhasil atau pun agar desa terhindar dari segala.
Di tahun (898 – 910) M wayang sudah menjadi wayang purwa namun tetap masih ditujukan untuk menyembah para sanghyang seperti yang tertulis dalam prasasti balitung sigaligi mawayang buat hyang, macarita bhima ya kumara terjemahan kasaran-nya kira-kira begini : menggelar wayang untuk para hyang tentang bima sang kumara) di jaman mataram hindu ini, ramayana dari india berhasil dituliskan dalam bahasa jawa kuna (kawi) pada masa raja darmawangsa, 996 – 1042 M.
Mahabharata yang berbahasa sansekerta delapan belas parwa dirakit menjadi sembilan parwa bahasa jawa kuna lalu arjuna wiwaha berhasil disusun oleh mpu kanwa di masa raja erlangga sampai di jaman kerajaan kediri dan raja jayabaya mpu sedah mulai menyusun serat bharatayuda yang lalu diselesaikan oleh mpu panuluh tak puas dengan itu saja, mpu panuluh lalu menyusun serat hariwangsa  dan kemudian serat gatutkacasraya menurut serat centhini, sang jayabaya lah yang memerintahkan menuliskan ke rontal (daun lontar, disusun seperti kerai, disatukan dengan tali).
Di jaman awal majapahit wayang digambar di kertas jawi dan sudah dilengkapi dengan berbagai hiasan pakaian masa-masa awal abad sepuluh bisa kita sebut sebagai globalisasi tahap satu ke tanah jawa.
Kepercayaan animisme mulai digeser oleh pengaruh agama hindu yang membuat ‘naik’-nya pamor tokoh ‘dewa’ yang kini ‘ditempatkan’ berada di atas ‘hyang’. Abad dua belas sampai abad lima belas adalah masa ‘sekularisasi’ wayang tahap satu dengan mulai disusunnya berbagai mithos yang mengagungkan para raja sebagai keturunan langsung para dewa. Abad lima belas adalah dimulainya globalisasi jawa tahap dua kini pengaruh budaya islam yang mulai meresap tanpa terasa  dan pada awal abad keenambelas berdirilah kerajaan demak ( 1500 – 1550 M ).
Tternyata banyak kaidah wayang yang berbenturan dengan ajaran islam. Maka raden patah memerintahkan mengubah beberapa aturan wayang yang segera dilaksanakan oleh para wali secara gotongroyong. Wayang beber karya prabangkara (jaman majapahit) segera direka-ulang dibuat dari kulit kerbau yang (di wilayah kerajaan demak masa itu, sapi tidak boleh dipotong untuk menghormati penganut hindu yang masih banyak agar tidak terjadi kerusuhan berthema sara. Gambar dibuat menyamping, tangan dipanjangkan, digapit dengan penguat tanduk kerbau, dan disimping sunan bonang menyusun struktur dramatika-nya. Sunan prawata menambahkan tokoh raksasa dan kera dan juga menambahkan beberapa skenario cerita.
Raden patah menambahkan tokoh gajah dan wayang prampogan sunan kalijaga mengubah sarana pertunjukan yang awalnya dari kayu kini terdiri dari batang pisang, blencong, kotak wayang, dan gunungan. Sunan kudus kebagian tugas men-dalang ‘suluk’ masih tetap dipertahankan, dan ditambah dengan greget saut dan adha-adha. Pada masa sultan trenggana bentuk wayang semakin dipermanis lagi mata, mulut, dan telinga mulai ditatahkan  (tadinya hanya digambarkan di kulit kerbau tipis) susuhunan ratu tunggal. Pengganti sultan trenggana, tidak mau kalah dia ciptakan model mata liyepan dan thelengan selain wayang purwa sang ratu juga memunculkan wayang gedhog yang hanya digelar di lingkungan dalam keraton saja. Sementara untuk konsumsi rakyat jelata sunan bonang menyusun wayang damarwulan aman kerajaan pajang memberikan ciri khas baru  wayang gedhog dan wayang kulit mulai ditatah tiga dimensi (mulai ada lekukan pada tatahan). Bentuk wayang semakin ditata : raja dan ratu memakai mahkota/topong rambut para satria mulai ditata, memakai praba dan juga mulai ditambahkan celana dan kain di jaman ini pula lah sunan kudus memperkenalkan wayang golek dari kayu.
Sedang sunan kalijaga menyusun wayang topeng dari kisah-kisah wayang gedog. Dengan demikian wayang gedog pun sudah mulai memasyarakat di luar kerati. Di masa mataram islam wayang semakin berkembang panembahan senapati menambahkan berbagai tokoh burung dan hewan hutan dan rambut wayang ditatah semakin halus sultan agung anyakrawati menambahkan unsur gerak pada wayang kulit pundak, siku, dan pergelangan wayang mulai diberi sendi posisi tangan berbentuk ‘nyempurit.
Dengan adanya inovasi ini muncul pula tokoh baru : cakil, tokoh raksasa bertubuh ramping yang sangat gesit dan cekatan  sultan agung anyakrakusuma, pengganti beliau, ikut menyumbang bentuk mata semakin diperbanyak dan pada beberapa tokoh dibuat beberapa wanda (bentuk). Setelah semua selesai dilaksanakan, diciptakan seorang tokoh baru raksasa berambut merah bertaji seperti kuku yang akhirnya disebut ‘buta prapatan’ atau ‘buta rambutgeni’.
Berbagai inovasi dan reka-ulang wayang masih terus berlangsung dari jaman mataram islam sampai jaman sekarang. Dengan munculnya ide-ide ‘nyeleneh’ para dhalang berbagai peralatan elektronis mulai ikut berperan dalam tata panggung maupun perangkat gamelan. Begitu pula dalam hal tata pakaian yang dikenakan  oleh ki dhalang, pesinden, maupun para juru karawitan dalam hal skenario-nya pun senantiasa ada pergeseran sehingga kini sudah semakin sulit dihakimi  mana yang cerita ‘pakem’ dan mana ‘carangan’    (cerita tentang asal-usul semar, misalnya,     ada beberapa versi yang semuanya layak untuk dipelajari ).
Tapi siapa sih yang bisa disebut ‘berwenang menghakimi’ ? walau demikian, garis besar struktur dramatika-nya agaknya relatif tetap pathet nem, pathet sanga, lalu pathet manyura relatif standar dan tetap seperti juga mengenai inti filsafatnya sendiri : wayang adalah perlambang kehidupan kita sehari-hari

C.      Peranan Komunikasi Massa dalam Pembangunan Kebudayaan
Peranan komunikasi massa dalam pembangunan terutama pembangunan kebudayaan adalah sebagai agen pembaharu (agent of social change). Letak peranannya dalam membantu masyarakat yang tradisional menjadi masyarakat modern. Jenis perubahan yang diinginkan oleh sebagian besar bangsa-bangsa adalah perubahan yang lebih cepat daripada perubahan sejarah, lebih lunak daripada proses perubahan yang dipaksakan. Sikap paksaan dalam pembangunan diganti oleh sikap membujuk dan memberikan kesempatan partisipasi pada setiap anggota masyarakat. Setiap bangsa yang ingin meningkatkan proses pembangunan kebudayaan harus menyadarkan seluruh masyarakat akan arti pentingya pembangunan serta membantu masyarakat mengenal kebiassan-kebiasaan baru secara lancar sehingga mereka dapat merasakan hasilnya.
Salah satu alasan yang menyebabkan sulitnya merubah kebiasaan lama maupun memperkenalkan cara-cara baru adalah eratnya hal-hal tersebut dengan kebiasaan dan kepercayaan-kepercayaan lain yang berbeda. Oleh sebab itu, berbicara soal perubahan, kita harus berbicara mengenai perubahan apa yang dibawakannya bagi seluruh masyarakat. Persoalan yang erat hubungannya dengan ikatan budaya dalam proses pembaharuan adalah mengusahakan agar setiap aspek perubahan budaya harus ditempatkan pada suatu dasar pemikiran yang luas agar dapat menyesuaikan diri dengan pengaruh-pengaruh yang timbul serta usaha-usaha mempertahankan nilai-nilai budaya yang bermanfaat.
Orang-orang yang hidup dalam suatu masyarakat dimana media telah berperan sebagai bagian dari kehidupan mereka, seiring melupakan bahwa banyak pelajaran yang mereka peroleh lewat media. Tatkala surat kabar, televisi, radio bahkan intrnet mulai merambah luas, media ini berperan sebagai sumber berita utama bagi segala peristiwa. Seluruh generasi manusia membentuk pendapat mereka tentang masalah_masalah yang muncul sebagai dari hasil yang mereka pelajari.
Komunikasi berperan penting dalam pembangunan. Apabila kita mene­ngok ke    belakang, sarana komunikasi di negara-negara berkembang yang dulu­nya masih terbatas pada media cetak, semuanya kini telah berubah. Teknologi komunikasi mulai berkembang pesat, terutama dengan adanya televisi, internet, dan telepon. Perkembangan ini menyebabkan “jarak psikologis” mendekatkan “jarak geografis” antarbangsa.
Namun di sebagian negara sedang berkembang, masih terdapat ketim­pang­an informasi dalam sistem komunikasi mereka. Ketimpangan komu­ni­ka­si tersebut dapat menimbulkan perbedaan persepsi tentang pembangunan, yang pada akhirnya menghambat pembangunan itu sendiri.

D.     Contoh Kebudayaan Perwayangan
Kebudayaan Perwayangan yang paling terkenal di antara kesenian Indonesia, di sini didefinisikan sebagai sebagai “bentuk seni pertunjukan yang menggunakan boneka dari kulit serta menyajikan cerita yang pada mulanya berasal dari kepahlawanan Hindu: Ramayana dan Mahabhrata“. Bagian pertama dari definisi itu membedakan wayang purwa dari seni pertunjukan lainnya yang menyajikan cerita yang sama tetapi tidak menggunakan boneka kulit sebagaia “aktor dan aktris”-nya, misalnya wayang golek Sunda di Jawa Barat dan wayang orang. Wayang golek menggunakan boneka kayu tiga dimensi, sedangkan wayang orang diperankan oleh manusia. Istilah wayang sendiri berarti bayangan, tetapi dalam kisaran waktu ini juga berarti pertunjukan.
Bagian kedua dari definisi itu membedakan Kebudayaan Perwayangan dari jenis wayang yang lain, yang meskipun menggunaka boneka dari kulit (dalam bentuk apapun). Tidak menyajikan cerita yang berasal dari kedua cerita kepahlawanan Hindu tersebut. Dibandingkan dengan bentuk wayang yang lain, wayang purwalah yang paling terkenal, sedang jenis wayang yang lain dianggap sebagai bentuk kesenian yang “mati”.

1.      Wayang Purwa
Wayang purwa, yang paling terkenal di antara kesenian Indonesia, di sini didefinisikan sebagai sebagai “bentuk seni pertunjukan yang menggunakan boneka dari kulit serta mnyajikan cerita yang pada mulanya berasal dari kepahlawanan Hindu: Ramayana dan Mahabhrata“. Bagian pertama dari definisi itu membedakan wayang purwa dari seni pertunjukan lainnya yang menyajikan cerita yang sama tetapi tidak menggunakan boneka kulit sebagaia “aktor dan aktris”-nya, misalnya wayang golek Sunda di Jawa Barat dan wayang orang. Wayang golek menggunakan boneka kayu tiga dimensi, sedangkan wayang orang diperankan oleh manusia. Istilah wayang sendiri berarti bayangan, tetapi dalam kisaran waktuini juga berarti pertunjukan.
Bagian kedua dari definisi itu membedakan wayang purwa dari jenis wayang yang lain, yang meskipun menggunaka boneka dari kulit (dalam bentuk apapun). Tidak menyajikan cerita yang berasal dari kedua cerita kepahlawanan Hindu tersebut . Dibandingkan dengan bentuk wayang yang lain, wayang purwalah yang paling terkenal, sedang jenis wayang yang lain dianggap sebagai bentuk kesenian yang “mati”.

2.      Wayang Purwa Sebagai Sarana Pembangunan
Masyarakat jaman modern cenderung melihat tradisi serta perwujudan dari segi negatifnya. Mereka menganggap sebagai penghalang laju kemajuan, membelenggu tingkah laku manusia yang selalu mencoba bergerak ke depan dalam rangka mencapai tingkat kehidupan yang lebih baik. Di mata orang-orang modern, terutama mereka yang hidup di kota-kota besar di negara yang sedang berkembang, tradisi dihubungkan dengan keterbelakangan dan nilai-nilai kebudayaan yang kolot yang harus dikesampingkan kalau mereka ingin negeri mereka berkembang dan bersaing dengan baik di dunia modern ini.
Wayang purwa dapat menjembatani jurang pemisah antara penduduk kota dan pedesaan, antara penduduk kota yang maju dan penduduk desa yang terpelajar. Saat ini jika ditilik dengan cermat, media massa dapat berperan penting sebagai sarana pembangunan yantg kuat, terutama disebabkan karena surat kabar sudah tersebar luas seperti yang diharapkan. Walaupun tidak dapat dipungkiri media massa terutama media cetak hanya tersebar di kota-kota besar saja. Media massa yang lain pun telah memberikan gambaran yang lebih baik. Berkat kemajuan teknologi yang sangat pesat, orang-orang yang tinggal di daerah terpencil pun dapat menikmati media elektronik yang ada.
Sejalan dengan itu wayang purwa dengan ceritanya yang sangat terkenal, bersama dengan bentuk-bentuk media tradisional lain seperti wayang golek Sunda, wayang Bali, wayang orang dan sebagainya, benar-benar tertanam dalam hati masyarakat sebagai kerangka referensi budaya yang dikenal. Dibanding dengan gedung-gedung bioskop yang jumlahnya masih kurang apalagi di pedesaan-pedesaan, dalang wayang purwa yang berjumlah 20.000 dapat dengan ebih baik menjangkau masyarakat, karena mayang purwa menyampaikan pesan-pesan yang dikandungnya serta relevan dengan kerangka kebudayaan yang dikenal.

3.      Komunitas Perwayangan Melalui Media Massa
Sejak tahun enam puluhan, stasiun-stasiun radio telah dan masih menyiarkan dengan tetap pertunjukan wayang purwa. Stasiun-stasiun radio di Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Jakarta secara bergiliran menyiarkan pertunjukan wayang purwa semalam suntuk setiap minggu.
Pertanyaan yang timbul adalah apakah wayang purwa sebagai suatu bentuk seni tradisional, dapat menyampaikan gagasan serta konsep baru? Dengan kata lain dapatkah wayang purwa berfungsi sebagai sarana pembangunan dan modernisasi?
Jawabannya adalah “ya”, karena wayang purwa dalam kisaran waktu telah menyisipkan perubahan-perubahan dalam bahasa dan agama, dan telah memperbaiki ceritanya. Lebih lanjut melalui adegan lawaknya, dalang selalu dapat memasukkan ide- modern dalam lelucon, percakapan dan nyanyian karena adegan ini tidak terikat oleh peraturan-peraturan yang kaku yang menikmati pertunjukan wayang dengan dalang yang terkenal, yang disiarkan melalui radio ataupun televisi ke seluruh tanah air, di mana pelawak-pelawak tradisional mengadakan pembicaraan yang berbobot menyangkut kehidupan sosial pada saat itu.
Wayang purwa dapat menjadi penghubung antara pandangan-pandangan yang sangat berbeda diantara penduduk desa dan kota. Wayang purwa dapat membantu mengurangi lebarnya jurang pemisah komunikasi, mencegah adanya perpecahan dalam masyarakat yang sangat membutuhkan suatu usaha bersama menuju keberhasilan pembangunan kebudayaan perwayangan.

E.     Teori Komunikasi Massa yang Berkaitan
“Theories of Mass Communication” yang menyebutkan bahwa: Masalah yang penting dalam teori komunikasi massa adalah bagaimana mengukur pengaruh (effect) komunikasi terhadap kehidupan masyarakat (London, 1966).
Teori ini mencangkup keseluruhan masalah yang dibahas dalam makalah ini sehingga memudahkan dalam penyusunan makalah sebagaimana dibutuhkan adanya peran serta komunikasi massa dalam pengembangan kebudayaan.

   
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan :
Jadi, Komunikasi dan kebudayaan merupakan suatu hal yang berbeda, akan tetapi sangatlah penting bila kebudayaan dipertahankan ataupun dikembangkan melalui jalan komunikasi. Salah satu caranya dengan memenfaatkan komunikasi massa sebagai media untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan, salah satunya kebudayaan perwayangan. Majunya perkembangan media massa mampu memberikan informasi yang luas kepada khalayak mengenai sebuah kebudayaan. Secera geografis, Mereka yang berada dalam jarak jauh tentunya masih tetap bisa mendapatkan informasi mengenai kebudayaan yang ada. Dengan begitu komunikasi massa menjadi sarana untuk mempertahankan kebudayaan agar sebuah kebudayaan tidak mengalami kepunahan.

Saran :
Oleh karena itu perlunya ada tindakan nyata dari berbagai pihak dan komunikasi masalah yang memiliki peran cukup dominan dalam hal ini karena dapat direpresantasikan ke seluruh lapisan masyarakat pada saat ini.


DAFTAR PUSTAKA

Depari, Edward dan Collin Mac Andrews, 1985, Peranan Komunikasi Massa dalam Pembangunan, Yogyakarta: Gadjah Mada University

Koentjaraningrat, 1981, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Bandung: Srikandi Media.

Rivers, William L. dan Jay W. Jensen, 2004, Media Massa dan Masyarakat Modern, Jakarta: Prenada Media

Rogers, Everett M. dan F. Floyd Shoemaker, 1971, Comminication of Innovation, New York: The Free Press

Soedjatmoko, 1986,  Dimensi Manusia dalam Pembangunan, Jakarta: LP3S

Mulyana, Deddy, 2008, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Jakarta: Gramedia Indonesia



1 komentar: